Pagi tadi saya, Ustadzah Halimah Tusa’diah dan Mba Wuri menghadiri seminar di KPI. Yang jadi pembicaranya para petingginya disana, salah satunya Bapak Yuliandra Darwis Ph. D Ketua KPI yang sekarang menjabat. Karena ternyata menarik juga point-point yang disampaikan oleh Pak Yuliandra.
Acara seminar kemarin di prakarsai oleh SPI (Sahabat Pekerja Indonesia). Dengan Presidentnya Bapak Azhari Arsenal. Beliau mengumpulkan SDM agar SPI lebih berdayaguna. Ada Pak M. Jauhari Putra S1, seorang motivator keuangan no.1 di Indonesia. Beliau juga ketua diklat yang menjadi satu team dengan Ustadzah Halimah. SPI kemarin meluncurkan Soft Lounching Sahabat Pekerja.
Dunia tecknology dalam penyampaian dikatakan oleh pak Yuliandra bukan sebuah usaha yang bisa dibeli dengan cara berhutang, harus tunai. Berbeda dengan perusahaan konvensional, dimana sembako bisa dihutang. Dan perusahaan technology yang paling kaya sekarang adalah perusahaan Amazone yang bergerak dibidang technology. Mereka punya toko tanpa adanya toko, sebab yang disediakan adalah system. Toko online bahkan lebih mampu menyediakan harga-harga yang murah ketimbang toko yang harus membayar pajak dan stafnya.
Kita dibawa untuk berpikir, peran bank yang tidak jelas dalam pergerakan dunia technology. Misalnya dulu orang bayar tol menggunakan E-money tapi sekarang memakai E-Toll, yang kita tidak tahu sedang bertransaksi dengan bank yang mana. Pengguna android sudah nyaris sama dengan jumlah populasi manusia, sehingga zaman sekarang orang tidak masalah ketinggalan dompet selama tidak ketinggalan androidnya. Bahkan diperdiksi, kedepan kemungkinan tubuh manusia akan dimasukkan chip saldo. Jadi kalau mau jalan-jalan hanya memerlukan scan yang bisa dilakukan oleh jari, tangan, atau wajahnya.
Pembahasan sempat menyerempet pada urusan satelit. Dimana satelit harus dijaga dan dilindungi, tidak boleh diperjual belikan. Sebab kalau sampai terjual, apa saja yang tersimpan didalam satelit akan mudah diretas oleh negara lain dengan mudahnya. Dan itu akan menghancurkan dunia perekonomian didalam sebuah Negara. Itu sebabnya Indonesia harus mampu membuat pertahanan satelit agar tidak mudah diretas.
Kedepannya KPI juga akan membuat koperasi, aplikasi, blog aplikasi. Semua fasilitas diperuntukkan anggota KPI agar memudahkan dalam perniagaan. Termasuk juga menyediakan big data base untuk memudahkan dalam mencari sesuatu. Misalnya, kalau kita membutuhakan ayam goreng, tinggal klik keyword ‘ayam goreng’. Maka maka mesin pencarian akan menemukan ayam goreng dengan kualitas terbaik.
Tadi saya melewati ruangan demi ruangan di kantor KPI kemudian melihat bagaimana salah satu tugas KPI itu menonton semua jenis tayangan di televisi, radio dan wilayah-wilayah yang berada dibawah penguasaan KPI. Karena tayangan streaming, you tube, itu berada diluar jangkauan KPI sehingga kebebasan mutlak berlaku disana. Tidak ada control, tidak ada batasan, sehingga orang bebas bicara dan menyampaikan apa yang mendarat diotaknya. Jika kreativitas yang dihasilkan oleh pikirannya baik, maka kebaikan tersampaikan. Demikian juga kalau isi produk pikirannya kotoran, maka konsumen akan menelan sampah-sampah yang tidak sempat lagi di sortir. Mana yang bersih dan mana yang kotor sehingga masih layak untuk didaur ulang.
Hampir lima pembicara dengan topic yang menarik untuk didengarkan. Sayang kapasitas ingatan saya terbatas, jadi saya mau langsung beralih pada cerita lain. Cerita tentang teman yang duduk disebelah saya, secara penampilan mungkin kurang menarik. Tapi setiap dia mengomentari ulasan Pembicara, lontaran kata-kata cerdas meluncur dari bibirnya. Namanya Jenifer, bukan singkatan kata Jeruk Nipis Feras ya. Tapi memang itu nama beliau.
Keakraban menjadi semakin meningkat ketika kami sama-sama naik kendaraan online, dengan tujuan kembali ke JCC untuk melihat kembali Halal Agro Expo. Jenifer orang yang kocak, berada disebelahnya kalau tidak dibuat tertawa ngakak maka bukan Jenifer namanya. Sambil jalan ketika berpapasan dengan seorang petugas KPI berparas lumayan manis, kontan dia nyeletuk “Eh Mas! Senyumnya manis banget, boleh pinjam ga?” Sumpah dah langsung ketawa geli. Bukan berarti dia genit, tapi memang beliau mungkin punya gen pelawak dari turunan yang entah keberapa.
Gayanya bersahaja dan berkelas, bicaranya totally orang berpendidikan dah. Memperlihatkan seorang pembelajar sejati, terlebih setelah terjun bebas dari orang kantoran beralih ke bisnis parfum Eropa. Trik menjualnya terbilang mahir, saat mempromosikan produknya banyak selipan kata-kata yang memiliki pesan kehidupan. Misalnya ketika berkata “Sahabat yang baik itu adalah yang saling support dan dapat membuat kita lebih baik dari hari ke hari.”
Kembali mendadak saya dan Ustadzah Halimah juga Mba Wuri seperti bertemu dengan saudara yang sudah lama kenal. Hanyut dalam percakapan Ladies talk yang membuat kita sedih saat harus berpisah. Semoga bisa bertemu kembali pada event-event keren lainnya, dengan orang yang sama dan dengan pengalaman manis yang sama.
Kami berkeliling dan parkir di Gandasari Cofee, jodoh dari produk Ladot. Duduk sambil minum coffe hitam Gansa, rasanya unik dan tradisoinal. Wajah-wajah Crew yang selama ini hanya saya kenal di Whatsap group baru sadar kalau “Owh! Ternyata Loe ya? Yang nyuruh gue bikin puisi untuk wanita pendiri Gansa sebagai hadiah milad.”. Yang ternyata beliau adalah sang suami, yang berjanji akan membacakan puisi-puisi saya pada event Internasional saat nanti beliau berkunjung ke Perancis. Setelah satu puisi saya buat dan saya persembahkan untuk Nyai Gansa (HAHA!), kontan Cak Gansa langsung membuat WAG khusus untuk puisi-puisi. Yang harus saya buat sampai jadi satu buku untuk Gandasari Coffe pasangan dari Ladot produknya Ustadzah Halimah.
Kembali ke JCC dan menyusuri tempat-tempat yang sama dengan kejadian yang berbeda, tentu harus berbeda. Sebab hari ini ya hari ini dan bukan hari kemarin yang sudah menjadi masa lalu. Hari ini saya diajak Mba Wuri belanja di stand kue kering ‘IKHWAN”. Yang ketika membuat kue telur-telurnya wajib dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu agar terhindar dari najis. Mengingat telor letika keluar bisa saja terkena kotoran ayam. Yang ketika membuat kue juga sambil dilafazkan zdikir-zdikir dan doa-doa. Mereka sudah memiliki belasan cabang didalam dan luar negeri. Menurut kisah salah satu penjualnya, pusat penjualan produknya ada di sentul. Kondisi di setting ala Daarut Tauhid, dimana warga sekitar sudah menjadi kawasan industry meski masih dalam skala yang ssedang. Tapi perkembangannya sangat sehat dengan system yang sudah mereka bangun selama puluhan tahun.
Ya sudahlah, sudah ngantuk berat 😴
YeTeDe